Masalah penempatan pegawai adalah sebuah masalah yang bisa bikin deg-degan setiap calon Pegawai Negeri Sipil baik yang berada di Departemen Keuangan maupun yang berada di instansi lain. Masalah penempatan pegawai bukanlah masalah pilihan dimana kita ingin ditempatkan oleh instansi yang menaungi kita. Masalah penempatan pegawai bukan pula masalah surga atau neraka yang akan kita tempati nanti. Sebenarnya apa yang menjadi alasan utama para calon pegawai negeri sipil memiliki rasa takut dalam kaitannya dengan penempatan pegawai?
Ketika membuat tulisan ini saya hanyalah seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja. Saat ini saya kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang katanya setelah lulus dari kampus ini akan langsung manjadi seorang pegawai negeri sipil di lingkungan Departemen Keuangan. Kata orang yang tahu apa itu STAN (banyak juga yg ga tau, dulu waktu mau daphtar aja dikirain mau buka STAN(d) Pameran) mereka bilang pasti yang lulus dari STAN masa depannya udah terjamin. Padahal kenyataannya.. Siape bilang. Masa depan para lulusan STAN ga pernah bisa dijamin sukses atau dijamin langsung jadi orang kaya (kecuali kalo korup). Para lulusan STAN digenjot supaya menjadi lulusan yang berkualitas inteligensi tinggi dan bermoral nomor satu. Kemudian setelah berjuang keras ditengah kerasnya perkuliahan (ga segitunya kaleee..) dan diwisuda, masalah yang selalu membayang-bayangi adalah masalah penempatan pegawai.
Mahasiswa dan mahasiswi STAN yang katanya berkualitas tinggi itu bisa dibuat takut oleh masalah penempatan pegawai. Kenapa??? Karena ini adalah masalah dimana hidup kita akan berlanjut. Masalah dimana kita harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sama sekali tidak kenal dan harus jauh dari kehidupan bersama keluarga. Masalah dimana kita harus memulai sebuah kehidupan baru dengan suasana baru yang sama sekali tidak kenal, tempat yang tidak kita kenal, bahkan hidup di tempat yang kita kira dulu tidak pernah ada.
Kota yang dulu dikira tidak pernah ada ternyata ada. Kenapa bisa begitu? Karena selama ini kita hanya tahu nama kota-kota besar saja, sebut saja Jakarta, Surabaya, atau Jogyakarta. Siapa yang tidak tahu nama ketiga kota tersebut? Semua orang pasti tahu nama Jakarta, lah wong jakarta itu ibukota negara mana ada yang tidak tahu. Lalu bagaimana jadinya bila kita ternyata ditempatkan di tempat yang baru pertama kali kita dengar namanya alias kota asing?
Kota asing dan kurang terjamah oleh peradaban ternyata banyak sekali di Negeri tercinta kita ini. Pengertian terasing disini adalah kota yang baru pertama kali kita dengar dan pengertian kurang terjamah adalah kota yang aksesnya dan sarana prasarananya tidak memadai atau tidak bisa menunjang kehidupan yang semestinya. Apa di kota seperti itu ada Blogger?? Adakah orang-orang yang setia menulis di blog untuk berbagi ilmu atau sekedar sharing pengalaman atau melacur (melakukan curhat) dan menjadi pelacur (pelaku curhat) di blog??
Kata dosen saya yang pernah ditugaskan hampir di seluruh wilayah Indonesia, katanya Indonesia ini memiliki alam yang luar biasa indahnya. Jadi sebagai mahasiswa yang calon pegawai negeri sipil kita tidak perlu takut akan ditempatkan dimana.
Trus saya mikir... Buset deh si pak dosen, lah dia enak ngomong gitu karena dia ude biasa. Lah kalo kita?? Yah, tetep aja deg-deg-nyos sama masalah penempatan. Saya pun yakin kalo tuh dosen pasti pada awalnya juga deg-degan dan ga terima sambil merenungi nasibnya saat ditempatkan di tempat yang 'tidak pernah dibayangkannya'
photo: area kebunsawit mamuju, mamuju berdebu, sangihe talaud
Kembali ke masalah penempatan pegawai negeri sipil. Ada satu atau dua nama yang sangat ditakutkan oleh teman-teman saya (termasuk saya juga..) Nama kota yang tidak boleh disebut namanya (emangnye Lord Voldemort di Harry Potter)..
bukan ding tapi nama kota yang dulunya tidak diketahui kalau nama itu ada.
Sebut saja Sangihe Talaud. Buat anak-anak STAN alias Sekolah Tinggi Akuntansi Negara nama sangihe talaud bukanlah nama yang asing lagi. Padahal -sumpah deh- dulu saya tidak tahu kalau ada nama sangihe talaud di peta. Waktu pelajaran geography jaman SMA atau SMP dulu nggak pernah disebut-sebut nama sangihe talaud. Yang biasanya dijelasin itu kebanyakan kota-kota yang ada di pulau jawa atau sumatera, itupun yang emang udah banyak dikenal. Jarang banget (tapi kayanya ga pernah deh) dijelasin kota-kota terpencil atau kota-kota yang ada di perbatasan. Soalnya yang menjadi masalah adalah kadang kota-kota atau pulau-pulau yang ada diperbatasan kebanyakan ga kecantum di peta, trus gurunya pun kurang ngerti masalah gituan.
Setelah masuk ke STAN dan mendengar "cerita-cerita horor" tentang masalah penempatan lulusan STAN, saya pun jadi mencoba menelusuri jejak-jejak ketakutan itu dengan bertanya pada beberapa orang tentang keinginan atau harapan penempatan, serta alasan ia ingin ditempatkan di tempat itu.
Kebanyakan teman-teman menginginkan penempatan di pulau Jawa (mayoritas mahasiswa STAN berasal dari Jawa). Yang lainnya sama aja, pengen ditempatin di daerah asalnya. Bagaimana dengan saya?? Saya juga termasuk kelompok yang emang pingin ditempatin di Jawa, yah paling enggak jangan jauh-jauh dari jawa lah.
Semuanya emang pinginnya deket daerah asalnya, biar bisa sering-sering pulang kampung. Tapi ternyata ada juga anak-anak yang berjiwa petualang -atau sok berjiwa petualang- yang bilang kalau dia siap ditempatkan dimana aja. Kelompok yang satu ini emang idealis, siap mati demi menjalankan tugas negara. Tapi bisa juga sih dalam hatinya bilang kalo sebenernya ga pingin jauh-jauh dari orang tua. Busyet deh.
Berdasarkan pengalaman yang dialami bangpay di blognya wewewe dot bangpay dot org, katanya awalnya dulu dia sempet berangan-angan untuk berpetualang keliling indonesia. Tapi seiring berjalannya waktu jiwa petualangnya hilang karena ia berkeluarga. Sulit memang ketika kita berkeluarga dan harus menjalankan amanat yang diberikan negara, kadang ada yang harus mengorbankan sesuatu untuk negara tercinta ini. Kayak si bangpay yang harus berpisah dengan anak isterinya ketika penempatan di manado dan pindah ke luwuk (nama yang terkenal angker di STAN itu). Itulah yang sedikit saya dapat dari blognya bangpay.
Jika ada teman-teman dinegeri antah berantah atau di negeri yang kurang dikenal namanya di bumi kita Indonesia ini yang saat ini sedang membaca tulisan ini, silahkan berbagi pengalaman dengan kita melalui komentar di bawah.
udah malem nih, tunggu lanjutannya di postingan berikutnya...
bobo dulu ahh...
sumber foto: Flickr
Ketika membuat tulisan ini saya hanyalah seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja. Saat ini saya kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang katanya setelah lulus dari kampus ini akan langsung manjadi seorang pegawai negeri sipil di lingkungan Departemen Keuangan. Kata orang yang tahu apa itu STAN (banyak juga yg ga tau, dulu waktu mau daphtar aja dikirain mau buka STAN(d) Pameran) mereka bilang pasti yang lulus dari STAN masa depannya udah terjamin. Padahal kenyataannya.. Siape bilang. Masa depan para lulusan STAN ga pernah bisa dijamin sukses atau dijamin langsung jadi orang kaya (kecuali kalo korup). Para lulusan STAN digenjot supaya menjadi lulusan yang berkualitas inteligensi tinggi dan bermoral nomor satu. Kemudian setelah berjuang keras ditengah kerasnya perkuliahan (ga segitunya kaleee..) dan diwisuda, masalah yang selalu membayang-bayangi adalah masalah penempatan pegawai.
Mahasiswa dan mahasiswi STAN yang katanya berkualitas tinggi itu bisa dibuat takut oleh masalah penempatan pegawai. Kenapa??? Karena ini adalah masalah dimana hidup kita akan berlanjut. Masalah dimana kita harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sama sekali tidak kenal dan harus jauh dari kehidupan bersama keluarga. Masalah dimana kita harus memulai sebuah kehidupan baru dengan suasana baru yang sama sekali tidak kenal, tempat yang tidak kita kenal, bahkan hidup di tempat yang kita kira dulu tidak pernah ada.
Kota yang dulu dikira tidak pernah ada ternyata ada. Kenapa bisa begitu? Karena selama ini kita hanya tahu nama kota-kota besar saja, sebut saja Jakarta, Surabaya, atau Jogyakarta. Siapa yang tidak tahu nama ketiga kota tersebut? Semua orang pasti tahu nama Jakarta, lah wong jakarta itu ibukota negara mana ada yang tidak tahu. Lalu bagaimana jadinya bila kita ternyata ditempatkan di tempat yang baru pertama kali kita dengar namanya alias kota asing?
Kota asing dan kurang terjamah oleh peradaban ternyata banyak sekali di Negeri tercinta kita ini. Pengertian terasing disini adalah kota yang baru pertama kali kita dengar dan pengertian kurang terjamah adalah kota yang aksesnya dan sarana prasarananya tidak memadai atau tidak bisa menunjang kehidupan yang semestinya. Apa di kota seperti itu ada Blogger?? Adakah orang-orang yang setia menulis di blog untuk berbagi ilmu atau sekedar sharing pengalaman atau melacur (melakukan curhat) dan menjadi pelacur (pelaku curhat) di blog??
Kata dosen saya yang pernah ditugaskan hampir di seluruh wilayah Indonesia, katanya Indonesia ini memiliki alam yang luar biasa indahnya. Jadi sebagai mahasiswa yang calon pegawai negeri sipil kita tidak perlu takut akan ditempatkan dimana.
Trus saya mikir... Buset deh si pak dosen, lah dia enak ngomong gitu karena dia ude biasa. Lah kalo kita?? Yah, tetep aja deg-deg-nyos sama masalah penempatan. Saya pun yakin kalo tuh dosen pasti pada awalnya juga deg-degan dan ga terima sambil merenungi nasibnya saat ditempatkan di tempat yang 'tidak pernah dibayangkannya'
photo: area kebunsawit mamuju, mamuju berdebu, sangihe talaud
Kembali ke masalah penempatan pegawai negeri sipil. Ada satu atau dua nama yang sangat ditakutkan oleh teman-teman saya (termasuk saya juga..) Nama kota yang tidak boleh disebut namanya (emangnye Lord Voldemort di Harry Potter)..
bukan ding tapi nama kota yang dulunya tidak diketahui kalau nama itu ada.
Sebut saja Sangihe Talaud. Buat anak-anak STAN alias Sekolah Tinggi Akuntansi Negara nama sangihe talaud bukanlah nama yang asing lagi. Padahal -sumpah deh- dulu saya tidak tahu kalau ada nama sangihe talaud di peta. Waktu pelajaran geography jaman SMA atau SMP dulu nggak pernah disebut-sebut nama sangihe talaud. Yang biasanya dijelasin itu kebanyakan kota-kota yang ada di pulau jawa atau sumatera, itupun yang emang udah banyak dikenal. Jarang banget (tapi kayanya ga pernah deh) dijelasin kota-kota terpencil atau kota-kota yang ada di perbatasan. Soalnya yang menjadi masalah adalah kadang kota-kota atau pulau-pulau yang ada diperbatasan kebanyakan ga kecantum di peta, trus gurunya pun kurang ngerti masalah gituan.
Setelah masuk ke STAN dan mendengar "cerita-cerita horor" tentang masalah penempatan lulusan STAN, saya pun jadi mencoba menelusuri jejak-jejak ketakutan itu dengan bertanya pada beberapa orang tentang keinginan atau harapan penempatan, serta alasan ia ingin ditempatkan di tempat itu.
Kebanyakan teman-teman menginginkan penempatan di pulau Jawa (mayoritas mahasiswa STAN berasal dari Jawa). Yang lainnya sama aja, pengen ditempatin di daerah asalnya. Bagaimana dengan saya?? Saya juga termasuk kelompok yang emang pingin ditempatin di Jawa, yah paling enggak jangan jauh-jauh dari jawa lah.
Semuanya emang pinginnya deket daerah asalnya, biar bisa sering-sering pulang kampung. Tapi ternyata ada juga anak-anak yang berjiwa petualang -atau sok berjiwa petualang- yang bilang kalau dia siap ditempatkan dimana aja. Kelompok yang satu ini emang idealis, siap mati demi menjalankan tugas negara. Tapi bisa juga sih dalam hatinya bilang kalo sebenernya ga pingin jauh-jauh dari orang tua. Busyet deh.
Berdasarkan pengalaman yang dialami bangpay di blognya wewewe dot bangpay dot org, katanya awalnya dulu dia sempet berangan-angan untuk berpetualang keliling indonesia. Tapi seiring berjalannya waktu jiwa petualangnya hilang karena ia berkeluarga. Sulit memang ketika kita berkeluarga dan harus menjalankan amanat yang diberikan negara, kadang ada yang harus mengorbankan sesuatu untuk negara tercinta ini. Kayak si bangpay yang harus berpisah dengan anak isterinya ketika penempatan di manado dan pindah ke luwuk (nama yang terkenal angker di STAN itu). Itulah yang sedikit saya dapat dari blognya bangpay.
Jika ada teman-teman dinegeri antah berantah atau di negeri yang kurang dikenal namanya di bumi kita Indonesia ini yang saat ini sedang membaca tulisan ini, silahkan berbagi pengalaman dengan kita melalui komentar di bawah.
udah malem nih, tunggu lanjutannya di postingan berikutnya...
bobo dulu ahh...
sumber foto: Flickr