Aku bukan sang maestro. Aku juga bukan seorang motivator layaknya Mario Teguh yang sekarang namanya sering disebut-sebut di kelasku. Aku hanyalah seorang mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Mempelajari seluk-beluk perpajakan Indonesia.
Tulisan ini adalah sebuah renungan atau sharing tentang seseorang teman yang sekarang terjebak dalam kesesakan Jakarta.
Ini adalah sebuah pesan seorang ayah untuk anaknya yang merantau di belantara Jakarta yang konon lebih kejam dari kekejaman ibu tiri.
Ketika itu sang ayah datang menengok anak laki-lakinya yang sedang
mengenyam pendidikan di Jakarta. Datang dari kampung yang jauh yang bahkan tidak terdapat di peta manapun. Datang hanya dengan bermodalkan uang hasil dari bertani selama setahun di sawah yang bukan miliknya. Sungguh memprihatinkan.
Namun apa yang didapat sang ayah ketika sampai di Jakarta? Perasaan kecewa menyelimuti hatinya.
Yang terjadi ternyata di luar dugaannya. Berharap sang anak menjadi seorang anak yang patut dibanggakan dengan kesuksesan dalam mengenyam pendidikan dan dapat membahagiakan kedua orang tuanya, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Sang anak hanya menghambur-hamburkan uang kiriman orang tuanya dengan membeli game atau bermain game online ataupun juga mendownload video porno di warnet
Apa yang ada dipikiran si anak adalah untuk apa di sekolah dengan serius toh akhirnya ilmu yang didapatnya tidak akan dipraktikkannya dalam pekerjaannya. Dengan dalih itulah ia melupakan kewajiban-kewajibannya sebagai mahasiswa.
Tapi apakah sebenarnya alas an kita harus sekolah? Selain untuk mengenyam pendidikan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, alas an yang paling utama adalah membentuk jalan pikiran dan kepribadian.
Sang ayah sekarang mencoba untuk bersabar dan mencoba mengerti jalan pikiran anaknya. Ia hanya berpesan kepada anaknya bahwa semua yang anaknya lakukan adalah untuk masa depannya sendiri, bukan masa depan keluarganya atau pun masa depan saudara-saudaranya.
Ayahnya pun memberikan sedikit petuah yang didapatnya dari pengalaman hidupnya, yaitu bagaimana caranya menarik simpati banyak orang.
Teori untuk menarik simpati banyak orang antara lain
1. Luwes, Fleksibel, mudah bergaul.
2. Suka membantu orang lain.
3. Konsisten dan tanggung jawab, tertib, dan disiplin.
4. Pengertian dan simpatik pada sesama.
5. Tidak egosentris.
6. Memperhatikan kerapihan dan keindahan pada diri sendiri.
7. Cepat bertindak dalam mengatasi masalah
8. Peka dan peduli kebersihan diri sendiri dan lingkungan.
9. Jangan menganggap rendah orang lain.
10. Jangan memberi beban orang lain.
11. BIcara dengan bahasa yang halus.
Setelah memberikan nasihat atau mungkin bisa dibilang sebuah bisnis wisdom kepada anaknya, sang ayah pun pulang dengan sisa uang yang dimilikinya.
Benarkah peribahasa “Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya?”
10 Desember 2008
Teori Cara Menarik Simpati Banyak Orang
- Share this on del.icio.us
- Digg this!
- Stumble upon something good? Share it on StumbleUpon
- Share this on Reddit
- Add this to Google Bookmarks
- Tweet This!
- Share this on Facebook
- Share this on Mixx
- Subscribe
- Buzz up!
- Share this on Linkedin
- Submit this to DesignFloat
- Share this on Technorati
- Submit this to Script & Style
- Post this to MySpace
- Share this on Blinklist
- Share this on FriendFeed
- Seed this on Newsvine
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
stuju, emnag gitu sih. Dan itu bisa pula diimplentasikan dalam ngeblog, yatoh?
Trims atas kunjugannya.
salam kenal
mau nambahi:
12. masih hidup
Posting Komentar
Buat mas dan mbak yang mampir dan download konten yang ada, jangan lupa kasih kasih komentarnya. U comment Ku Follow